Kamis, 24 September 2015

Kusentuh Dan Kuraba Paha Mulus Teman Kantorku Hingga ke Pangkal Paha

poker uang asli

Kejadian ini kira-kira pada bulan Juli 2014 tepatnya di ruang kantorku. Aku
mempunyai teman kantor, namanya Lisa sedikit gambaran tentang Lisa ini ,
keturunan chinese dengan tinggi 165 berat 55 kg , jadi sepintas kelihatan
agak semook tapi sexy banget , apalagi kalau lihat bokongnya wuiiih pasti
ke bayang-bayang dehh… .

Kebetulan Lisa ini orangnya baik banget sama aku, setiap dia pergi dari
luar kota maupun dari luar negeri pasti dia bawa oleh-oleh buatku.
Sebetulnya aku tidak punya perasaan macam-macam sama Lisa, tapi berhubung
keadaan , situasi mendukung maka terjadilah perselingkuhanku dengannya.

Lisa minta tolong sama aku untuk diajarkan mengirim e-mail untuk kekasihnya
yang ada di luar negeri,dan aku bilang ” ok nanti aku ajarin setelah jam
pulang kantor di ruanganku ” dan Lisa jawab ” ok nanti kalau sudah jam
pulang aku menuju ruanganmu ..”

Sekitar jam 17:15 Lisa sudah datang diruanganku , kebetulan (kebetulan
terus ) seisi ruanganku sudah pada pulang semua. Aku duduk di kursi sambil
mengahadap ke Computer , sedangkan Lisa ada disebelah kiriku dengan seksama
dia memperhatikan apa yang kuajarkan.

Tangan kananku ada pada mouse
sedangkan tangan kiri kuletakkan di paha kiriku. Lisa memepetkan badannya
untuk melihat apa yang ada di layar monitor tanpa sengaja paha kanannya
tersentuh tangan kiriku. Sebetulnya waktu itu aku tidak punya perasaan
apa-apa , karena aku pikir kita teman baik dan Lisa orangnya juga baik
sekali.

Setelah bersentuhan kulirik pahanya yang putih mulus dan terasa gentaloku
menyesakkan celana katunku. Lumayan juga aku mengajari Lisa untuk send &
receive e-mail jam telah menunjukkan pk 18:00 , seluruh karyawan kantor
sudah pada pulang semua tinggal aku berdua dengan si Lisa.

Maka kuberanikan untuk menyentuh paha putih yang muluuus itu
dengan sangat perlahaaan sekali, aku takut kalau Lisa nanti marah bisa
gawat soalnya namanya juga teman. eh eh ternyata si Lisa diam saja dan pura
- pura tanya bagaimana cara membuka home page yang di internet. Aku gembira
setengah mati karena kusangka dia pasti marah atau paling enggak negur aku
karena berani menyentuh pahanya yang putih.

Sekitar 2 menit aku elus - elus
pahanya terus kunaikkan jari-jariku sedikit demi sedikit keatas menuju
pangkal pahanya and Lisa mulai merem sambil tanganya merangkul pundakku
sambil tetap berdiri disebelahku , akupun masih tetap duduk pura- pura
memandangi layar monitor , karena bagaimanapun baru kali aku melakukan
perselingkuhan.

Ujung jari tengahku menyentuh pangkal paha dan merasakan
sekumpulan rambut hitam yang agak lembab dan masih di tutupi oleh celana
dalam, Lisa mendesah sambil mengucapkan ‘ mas Ton kok kamu lakukan padaku
?? ….

” Apakah kamu belum pernah melakukan yang seperti ini ???, kalau
memang belum pernah aku akan stop dan tidak akan melakukan ini padamu ..”
dan aku juga minta maaf apa yang telah kuperbuat padamu ..”
Ternyata Lisa diam aja matanya merem lagi sambil mendesah , sementara aku
berkata tadi jari tengahku sudah melewati celah celana dalamnya sehingga
menyentuh bibir kemaluannya.

Kuteruskan tanganku bergeriya dan ku gesek-gesekkan di clitorisnya, kira -
kira 15 menit aku bermain lubang & bibir kemaluannya , sambil setengah
sadar diberkata”aduh…geliii.., geliii.. mas Tooon…” tanpa kusadari
tangan dan celana dalam Lisa sudah basah berlendir, tangannya rapat
memegang pundakku dan mulut kami telah beradu, sambil saling mengulum ,
Keadaan masih seperti semula aku duduk sedangkan Lisa setengah
membungkukkan badannya dengan lidah saling menari , mendesah tanpa rasa
canggung lagi sementara tanganku masih bergerilya di lubang kemaluannya.

Tangan kanannya kubimbing kearah celana katunku dan kubuka resleting celana
dan juga celana dalam sebatas paha , maka tersembulah burungku keluar
dengan berdiri tegak siap untuk diapain aja ( pokoknya jangan di potong ).
Kusuruh Lisa untuk memegang plus mengelus- elus burungku secara perlahan,
sementara aku sudah napsu buanget

kuraih celana dalamnya dan kutarik rok span kantornya keatas ( di perut )
kududukan di meja hadapanku kubuka kancing bajunya kuraih juga tali pengait
BH nya maka sudah lengkaplah yang ada di depan hidungku ini, sambil tetap
kukulum mulutnya hingga turun ke leher kujilati semuanya sampai pada
akhirnya ke puncak gunung kembarnya , Lisa mengerang keenakkan .

Tangan Lisa tetap meremas dan mengelus burungku. setelah agak lama aku menyusu,
lalu kubisikan kepadanya ” Lisa bagaimana kalau burung ku masuk ke
sangkarnya ..? ” . ” Lisa belum pernah melakukannya mas Toonn., Lisa takut



Oh ternyata si Lisa ini masih virgin , belum pernah kemaluannya dimasukin
oleh benda tumpul. Memang aku punya prinsip melakukan asal suka sama suka
dan tidak merusak masa depan seseorang dan lagi aku masih takut untuk
melangkah lebih jauh .

Tapi berhubung aku sudah nggak ku-ku ( kuat ) maka
kusuruh Lisa untuk mengulum burungku, kuturunkan Lisa dari atas meja dan
jongkok di bawah meja sambil kubimbing mulutnya untuk mengulum burungku.
Pertama-tama dia agak ragu-ragu karena menurut pengakuannya belum pernah
Lisa melakukan ORAL.

Kukatakan padanya bahwa nggak apa-apa asal air maninya
jangan di telan. Akhirnya dengan perlahan bibirnya mengecup ujung dari
burungku dan dengan sangat berhati - hati dimasukkannya burungku ke dalam
mulutnya. Kusuruh ia bervariasi untuk menjilati batang kemaluan dari ujung
lubang kemaluan sampai buah pelirku .

Kira - kira 15 menit Lisa mengulum burungku sambil kupegang kepalanya dan
kadang ku pelintir pentil susunya.
Setelah 15 menit aku merasa ada yang mau keluar dari mulut burungku. Aku
berkata ” Lis… aku sudah mau keluaaarrr… ”

Dia lepas mulutnya dari burungku dan aku suruh dia ngocok burungku, maka
muncratlah air maniku membasahi buah dada dan perutnya, aku mendesah
keenakan ” sshh……” , sambil bersandar di kursi saking enaknya. Setelah
itu Lisa berdiri dan membenahi BH dan CD nya dan baju serta rok spannya
walaupun sudah agak awut-awutan.

Pada waktu itu jam telah menunjukkan pk 20:10, aku menawarkan jasa untuk
mengantarnya sambil mengucapkan terima kasih dan tak lupa ku remas
bongkahan pantatnya yang sexy.

Kuantar Lisa pulang dengan mobilku dengan hati dan rasa yang puas sekali,
yang kebetulan rumah nya tidak begitu jauh dari kantor dan satu arah dengan
aku menuju pulang.

Demikianlah kisahku dengan Lisa , hubunganku terus berlanjut tapi hanya
sebatas oral and oral aja kami lakukan di kantor juga dimobil terkadang
juga chek in di hotel ,tapi tidak sampai lebih dari itu karena aku tidak
mau merusak masa depannya dan juga aku belum pernah bersetubuh dengan
perempuan lain selain istriku.

Lisa juga senang dengan apa yang kulakukan
padanya , walaupun sebenarnya kita tidak punya rasa saling cinta hanya saja
iseng belaka tapi mempunyai makna yang uuuueeeenaakk tenaaan….. and bebas

Senin, 21 September 2015

Seks Dengan Istri Orang Setengah Baya

poker uang asli

 Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa, Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Misna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah. Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Misna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Misna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab.

Setelah dipanggil keluarlah ibu Misna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali. Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga.

Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Misna, dan akhirnya ibu Misna bertanya, Dik Irfan matanya ngeliat apasih ? sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya. Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik ? kata bu Misna Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….? Saya berhenti berkomentar. Khususnya apa dik ? desaknya Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang ? Ibu Misna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno. Oh ya dik Irfan punya anak berapa dan istri usia berapa ? tanya bu Misna Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun? jawab saya Wah sedang panas-panasnya dong ? lanjutnya Panas apanya bu ? saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya. Ah dik Irfan berlagak nggak tau…..? kata bu Misna sambil tersipu. Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot ? pancing saya terus Tapi ibu Misna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, kok jadi kelihatan sedih bu ? Akhirnya bu Misna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal. Maaf bu…..padahal menuru saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua ? Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan ? Gimana caranya ? lanjut saya Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur? Lanjutnya. Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ???? kata saya sambil bergeser duduk mendekat. Dik Irfan sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain ? katanya Dik Irfan kok gak dengerin sih….kata bu Misna sambil menepuk paha saya ? Tangan bu Misna saya pegang… sambil berkata abis ada pemandangan yang lebih bagus, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya ? Ah nakal dik Irfan ini ? kata bu Misna Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih ? Terus tangan saya beralih kepahanya….jangan dik ? kata bu Misna tanpa berusaha menolak. Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Misna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Misna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka.

Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu Misna memberikan respon dengan membalas ciuman saya. Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas….ah..ah jangan dik ? tapi tangan bu Misna malah menekankan tangan saya ke teteknya. Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Misna semakin mendesah ? ah…uh…ah terus dik, enak ? kata bu Misna. Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Misna langsung saya lepas ? jangan dik…ntar keterusan ? kata bu Misna. Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah ? kita sama-sama butuhkan bu ? kata saya. Akhirnya bu Misna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang……ah… ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik ? desahnya.

Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri…..ahhhhh… uhhh…..ahhhhh dik udah dik ? ibu nggak tahan. Tapi tangan bu Misna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya. Tangan saya terus menggosok- gosok memek bu Misna……..ah… ahhhh…ahhhh dik terus dik terus… enak banget ? desahnya dengan logat jawa yang kental. Akhir dengan seijin bu Misna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Misna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut… sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Misna semakin mendesah tidak karuan…..dik ahhhh enaaaaak dik… enaaaaaakkkkk banget. Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut, ahhh berhenti dik…jangannnnn? kata bu Misna setelah tahu saya telah menjilat memeknya……saya berhenti dan bertanya, kenapa harus berhenti bu ? Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok ? kata bu Misna Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu ? kata saya Ndak…? kata bu Misna Wah rugi bu ? kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek. Rugi kenapa dik ? tanya bu Misna Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu ? kata saya sambil langsung menjilat memek bu Misna…..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan….ahhh… ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh… nikmat banget dik ? terus dik… terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus saat itil bu Misna aku jilatin dan aku sedot…….ahhhhh… ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar… ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….kepala saya langsung ditekan kememek bu Misna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Misna. Ibu Misna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, benar dik Irfan ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Misna langsung diumpetin kekolong kursi,….ternyata anak bu Misna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.

Setelah anaknya masuk…..langsung bu Misna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ? Ibu belum puas ya…? Goda saya, ibu tersipu sambil berkata…….iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik Irfan biar sama2 bisa puas…kan dik Irfan belum keluar ? kata bu Misna. Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini ? tapi udahlah bu… karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang.

Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..sambil tangan saya meremas buah dadanya. Ahhhh..dik Irfan, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik ? kata bu Misna Boleh…boleh bu ? tapi benar ya bu….iya besok jam 10. pagi kata bu Misna sambil tersenyum. Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Misna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium…..ah dik Irfan kok gak sabaran sih ? kata bu Misna.

Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Misna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Misna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut ? aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya kata bu Misna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Misna… terus turun kesemua lekuk tubuhnya..ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap ? mulutku langsung pindah ke susu bu Misna….sambil tangan menggesek- gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot… terus…..teruuuuuusssss dik ? Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Misna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Misna pun tanpa diminta langsung menngemut kontol saya…..uhhhhh nikmat sekali buuuuu ? kontol saya terus diemut keluar masuk mulut bu Misna sambil dipijat…..uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Misna……sambil tangan saya sedikit menusuk- nusuk anusnya……aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik…..ahhhhhhhh…….ahhhhhhhhhh, tiba2 ibu Misna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis.

Cerita Sex – Aku biarkan bu Misna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Misna dengan ciuman sehingga ibu Misna kembali memberikan reaksi yang lebih panas……..ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayao dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh, sayapun memutar tubuh bu Misna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Misna yang menantang…dengan perlahan kumasukkan batang kontol secara perlahan…karena terdengar ibu Misna menjerit seraya berkata perlahan dik…..memek ibu sudah lama gak dientot……perlahan aku masuk dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Misna ……dan reaksi bu Misna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya…..ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh… buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu ? Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah kontol dan sekali tussukan kontol hingga amblas ke memek bu Misna……sepuluh menit kemudian desahan bu Misna semakin keras…..ahhhhhhh dik… memek ibu enak banget…..uhhhhhh kontol adik enaakk banget…… uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Irfan……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh, desahan bu Misna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan. Setelah istirahat sejenak…bu Misna langsung mengurut kontol…dan mengemutnya dengan lincah sekali…..ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu ? desah saya…… kemudian bu Misna berhenti sambil berkata….dik Irfan sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi kontol dik Irfan ? Ibu Misna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Misna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Misna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat……oooooohhhhhh…… ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh kontol saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu ? Ibu Misna hanya menjawab dengan desahan nafsnya…… ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik… memek ibu juga nikmat sekali…….pantat bu Misna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat,….sehnggga membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri…… ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu……… nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman… sepsrti bu Misna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati. Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan…….sebentar dik Irfan, bareng sama ibu…kata bu Misna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah….ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………ibu Misna mengejang dan terasa lendir membahasi kontol…..terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Misna secara kuat……… akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua.

Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari… maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin……itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat senasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga kontol saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Misna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut….terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan.

Minggu, 20 September 2015

Ling Ling

poker uang asli

Ling Ling termasuk anak yang rajin.
Setiap habis ada pertemuan di markas kelompok
pecinta alam
tersebut, ia selalu menyingsingkan lengan
bajunya untuk ikut membereskan segala
sesuatunya,
bahkan termasuk mengangkat barang-barang
yang cukup berat.
Itu tidak menjadi problem yang berarti baginya.
Ling Ling memang amat kelaki-lakian. Jika dilihat
sekilas, hampir tidak ada
tanda-tanda pada dirinya
yang menunjukkan bahwa dia
itu sebenarnya perempuan.
Buah dadanya termasuk
hampir rata, hanya
menampakkan lengkungan
kecil saja di dadanya jika ia
sedang memakai kaos oblong.
Pinggang dan pantatnya pun
tidak kalah ratanya dengan
buah dadanya. Pokoknya Ling
Ling lebih pantas menjadi laki-
laki daripada seorang
perempuan. Bahkan pertama
kali aku mengenalnya waktu
hari pertama di kelas satu,
aku heran melihatnya. Aku
melihatnya anak laki-laki aneh
yang selalu menggunakan
pakaian seragam wanita,
blous putih dan rok pendek
abu-abu. Cuma suaranya saja
yang kecil yang menandakan
ia masih termasuk kategori
cewek. Itu pun terdengar
galak dan tegas.
Suatu waktu, kelompok
pecinta alam sekolahku di
mana aku dan Ling Ling
bergabung di dalamnya
berencana untuk mengadakan
acara mendaki gunung di
Gunung Salak, Jawa Barat.
Setiap kelas diminta untuk
mengirimkan minimal dua
orang wakilnya. Aku dan Ling
Ling mengikuti acara tersebut
sebagai wakil kelas II A1-2.
Pada hari yang ditentukan
berangkatlah seluruh peserta
acara tersebut ke tempat
tujuan.
Hari pertama di tempat
tujuan, sebelum mendaki,
seluruh peserta beristirahat
sejenak di kaki gunung
dengan hanya menggelar
sleeping bag atau kasur
gulung saja sebagai alas. Saat
itu masih siang. Menjelang
sore baru kami semua
berangkat. Pendakian hari itu
memang ditujukan untuk
melatih para peserta mendaki
gunung di malam hari. Udara
yang sangat dingin begitu
menusuk tulang, meski jaket
yang cukup tebal sudah
melekat di badan. Tapi benar
saja. Rasa dingin itu
berangsur-angsur lenyap
saat kami mulai berjalan
melewati jalan setapak yang
tersedia. Malah berubah
menjadi hangat sewaktu jalan
mulai menanjak cukup tinggi.
Aku, Ling Ling dan beberapa
orang lagi kebetulan berada
di rombongan paling belakang.
Ling Ling berjalan paling
buncit di belakangku. Walau
aku sudah berulang kali
mempersilakannya untuk
berjalan di depanku, namun ia
tetap berkeras tidak mau
mendahuluiku. Aku yang tidak
enak hati membiarkan cewek
berjalan paling belakang tidak
bisa berbuat apa-apa lagi.
Aku mengenal sifat Ling Ling
yang keras kepala. Begitu ia
memutuskan sesuatu, tak
akan pernah ia mengubahnya
meski dibujuk rayu
bagaimanapun caranya.
Kami mulai terengah-engah.
Nafas rasanya hampir habis
dipaksa berjalan dengan
cepat. Kami semua mendekati
sebuah tanjakan cukup terjal.
Di kiri kanannya terdapat
jurang. Tidak terlalu dalam
memang, tapi cukup
menakutkan dalam gelapnya
malam. Aku menoleh ke
belakang. Kulihat Ling Ling
tetap tegar. Tak ada rasa
ragu atau gentar sedikitpun
dalam dirinya. Aku kagum
padanya. Sebenarnya, hatiku
sedikit kecut juga. Belum
pernah aku mendaki gunung
di waktu malam. Seram
rasanya melihat kegelapan di
mana-mana di sekelilingku.
Cuma lampu senter yang
dibawa masing-masing
peserta saja yang menjadi
penerang.
Akhirnya kami tiba di
tanjakan terjal tersebut.
Hampir semua para peserta
melongo melihat tingginya
sudut kemiringan tanjakan
itu. Tetapi bagaimanapun
juga, kami tetap harus
mendakinya, meski dengan
sudah payah.
"Kresek.. Gedubrak..!" Aku
berhenti berjalan, terkejut
mendengar suara itu dan
menoleh ke belakang.
Ternyata di belakangku sudah
tidak ada siapa-siapa lagi. Ke
mana si Ling Ling? Kucoba
melihat dalam gelap ke awal
tanjakan. Samar-samar
kulihat ada yang bergerak-
gerak di bawah sana.
Kusorotkan lampu senterku
ke arah itu. Ternyata kulihat
Ling Ling yang sedang
terduduk dengan mengurut-
urut pahanya sambil meringis-
ringis kesakitan. Tanpa
mempedulikan para peserta
lainnya di depanku yang
sudah cukup jauh di depan,
aku berbalik arah dan
memburu turun tanjakan
kembali ke tempat Ling Ling
berada.
"Ling Ling! Kamu kenapa,
Ling?" Aku bertanya kepada
Ling Ling ketika sudah sampai
di bawah.
"Kaki saya nih, Ron. Agak
keseleo", jawabnya.
"Aduh. Celaka juga. Bagaimana
ya?"
"Aduh!" Ling Ling mengaduh
kesakitan.
"Kamu bisa jalan nggak, Ling."
"Kita coba deh. Kamu bantuin
saya ya, Ron."
Akhirnya aku membantu Ling
Ling bangkit berdiri. Setelah
susah payah akhirnya
berhasil. Aku memapahnya,
mencoba berjalan. Tetapi Ling
Ling tambah meringis-ringis.
Sialnya lagi, hujan gerimis
mulai turun. Aku jadi bingung
mau berbuat apa, tapi Ling
Ling tetap kelihatan tenang.
Sialan! Gara-gara dia, aku jadi
bingung seratus keliling, tapi
dia malah tenang saja,
gerutuku dalam hati.
"Ling, kayaknya hujannya
tambah deras aja. Mendingan
kita cari tempat untuk
berteduh dulu ya."
"Terserah kamu deh, Ron."
Di tengah hujan yang semakin
deras, aku dan Ling Ling
mencari-cari tempat yang
cocok untuk berteduh sambil
menunggu hujan reda. Setelah
mencari cukup lama di bawah
derasnya air hujan, akhirnya
aku menemukan sebuah goa
yang cukup lapang yang kira-
kira luasnya cukup untuk
menampung sepuluh orang
tetapi pintu masuknya agak
tersembunyi dan sulit
ditemukan dalam gelap. Kami
berdua masuk ke dalam goa
tersebut.
Aku mencari-cari dalam ransel
anti air yang kubawa
barang-barang yang kira-kira
bisa kupakai di situ. Aha!
Kutemukan geretan gas dan
sebatang lilin. Kunyalakan lilin
itu dan kuletakkan di suatu
tonjolan di dinding goa.
Lumayan, cukup terang untuk
menerangi dalam goa
tersebut. Aku melihat ke arah
Ling Ling. Kasihan sekali dia.
Ling Ling tampak menggigil
kedinginan. Aku dan dia
sama-sama memakai jaket
anti air. Tetapi jaket Ling Ling
terkoyak cukup lebar
sewaktu jatuh tadi. Dan
akibatnya pakaiannya jadi
basah kuyup, sedangkan
pakaianku sendiri aman-aman
saja, hanya basah sedikit.
Aku tak tega menyaksikan
Ling Ling kedinginan seperti
itu karena mengenakan
pakaian yang basah kuyup.
Akhirnya aku mengusulkan
agar ia membuka semua
pakaiannya yang basah dan
sebagai penggantinya, ia
kupinjami jaket tebal yang
kupakai. Mula-mula Ling Ling
kelihatannya ragu-ragu harus
membuka pakaian di depanku.
Tetapi setelah aku
membujuknya dan berulangkali
kujelaskan bahwa aku tak
bermaksud buruk padanya, ia
mau. Akhirnya dengan berdiri
membelakangiku, Ling Ling
mulai menanggalkan satu
persatu pakaian yang
dikenakannya di bawah
temaramnya cahaya lilin
sebatang, setelah melepas
sepatu ketsnya. Aku
sebenarnya tidak bermaksud
menontonnya, tetapi karena
hanya di tempat itu yang
terang, mau tak mau aku
memandang ke arahnya juga.
Pertama-tama, Ling Ling
memberikan jaketnya yang
sobek kepadaku. Kemudian ia
melepaskan sweater dan kaos
oblong yang dipakainya. Aku
terpukau sejenak melihat
tubuh bagian atasnya yang
putih dan kulitnya yang mulut
dengan hanya mengenakan
BH berukuran kecil. Dengan
menutupi dadanya yang
hampir terbuka dengan
tangan, Ling Ling membalikkan
badannya dan melemparkan
pakaiannya itu padaku. Aku
membalasnya dengan
memberinya jaketku yang
cukup tebal dan bagian
dalamnya masih kering.
Setelah menerima
pemberianku, Ling Ling
berbalik badan lagi, kembali
membelakangiku. Lalu ia
membuka tali BH-nya dan
menanggalkan penutup buah
dadanya itu.
Sewaktu ia hendak memakai
jaket pemberianku, tiba-tiba
jaket itu terlepas dari
tangannya dan jatuh ke
tanah. Ling Ling membungkuk
ke samping. Dari terangnya
cahaya lilin, aku melihat buah
dadanya. Ukurannya memang
kecil, cuma sebesar buah
dada anak SD. Tetapi kulihat
ujungnya runcing dan puting
susunya berukuran lebih kecil
sedikit daripada ukuran
penghapus di ujung pensil.
Ling Ling tidak menyadari
bahwa aku sedang
memperhatikan tubuhnya
yang setengah telanjang.
Sesudah memakai jaketku,
lalu Ling Ling berjongkok
sedikit untuk membuka celana
panjang dan celana dalamnya.
Kusaksikan di depan mata
kepalaku sendiri pantatnya
yang tidak montok tapi mulus
dan putih. Barangkali akibat
cahaya lilin yang remang-
remang, tubuh Ling Ling yang
sebenarnya bukan tipe
bentuk tubuh idamanku,
kurasakan tampak sensual
sekali. Dan itu sudah cukup
untuk membuat kemaluanku
berdiri. Sementara sekilas
lewat sebuah pikiran jahat di
otakku, yaitu untuk
memperkosa Ling Ling.
Untunglah, akal sehatku masih
jauh lebih kuat.
"Kamu udah selesai, Ling."
"Udah, Ron. Terima kasih ya
atas bantuan kamu."
"Don't mention it", jawabku.
"Tapi.. aduh.. duh.." Tiba-tiba
Ling Ling mengaduh-aduh lagi
ketika ia mencoba berjalan
menghampiri tempat dudukku.
Aku berdiri dan membantunya
berjalan ke tempat dudukku
itu yang kebetulan berada di
tanah yang datar. Kubantu
lagi Ling Ling untuk duduk di
atas ranselku.
"Di mana yang sakit, Ling?"
tanyaku.
"Di sini, Ron. Paha saya sakit
banget nih. Keseleo kali ya?"
sahut Ling Ling sembari
mengurut-urut pahanya yang
tampak mulai membiru. Aku
menyentuh paha Ling Ling
yang putih, namun aku
langsung sadar dan menarik
tanganku.
"Nggak pa-pa kok, Ron, kamu
mengurut pahaku. Asal saja
kamu nggak berpikiran yang
macam-macam."
Akhirnya aku menuruti
perkataan Ling Ling. Aku mulai
mengurut pahanya dengan
perlahan-lahan. Tiba-tiba ia
berteriak kesakitan sewaktu
aku mengurutnya terlalu
keras. Karena rasa sakit itu,
tanpa sengaja ia
merenggangkan kedua
kakinya. Dari cahaya lilin yang
masuk ke dalam celah-celah
di antara kedua pahanya
yang merenggang itu, aku
dapat melihat dengan samar-
samar selangkangannya
dengan seonggok warna
kehitaman yang terletak di
tengah-tengah selangkangan
itu. Kemaluanku menjadi
semakin berdiri. Untungnya,
Ling Ling tidak
mengetahuinya.
Karena aku takut kalau Ling
Ling kesakitan lagi, aku
mengurut pahanya dengan
hati-hati. Bahkan saking
pelannya, Ling Ling merasa itu
bukan sebuah urutan lagi,
melainkan sebuah elusan. Dan
ini dirasakannya sungguh
nikmat. Belum pernah dalam
hidupnya, pahanya disentuh
oleh laki-laki. Ini dibuktikan
oleh desahan-desahan kecil
yang keluar dari mulutnya
waktu aku sedang
mengurutnya. Bodohnya, aku
tidak menyadarinya. Aku
menganggap desahan-
desahan ini hanya sebagai
reaksi akibat rasa sakit pada
pahanya saat kuurut. Tidak
lebih dari itu.
"Gimana, Ling? Udah
mendingan kan sekarang?"
tanyaku setelah selesai
mengurutnya.
"Iya, bener, Ron. Paha saya
udah nggak begitu sakit lagi.
Saya coba pake buat jalan
ya."
Kubantu Ling Ling berdiri
dengan hati-hati. Setelah ia
berdiri, perlahan-lahan ia
kulepas. Aku berdiri agak
menjauh dari tempatnya.
Kemudian aku memintanya
mencoba berjalan ke arahku.
Ling Ling dengan susah payah
mencoba menggerakkan
kakinya. Dengan tetap
meringis-ringis, ia tertatih-
tatih berjalan ke arahku.
Kira-kira mencapai jarak
tinggal setengah meter dari
tempatku berdiri, tiba-tiba
Ling Ling terhuyung-huyung
dan langsung ambruk. Untung
saja aku lebih cepat dan
sempat menyambarnya
sebelum ia jatuh mencium
lantai goa.
"Aaiih.." Ling Ling mendesah
ketika aku menangkap
tubuhnya. Aku menjadi kaget.
Astaga..! Ternyata aku tak
sengaja mencengkeram buah
dadanya. Memang terasa ada
sesuatu yang kenyal di
telapak tanganku, tapi aku
tidak menyadarinya, sebab
waktu aku menangkap tubuh
Ling Ling itu adalah karena
gerak refleksku.
"Ron, Ronny.. Lepasin dong.."
Teriakan Ling Ling membuatku
sadar. Ternyata karena aku
kaget tadi, aku bukannya
melepaskannya tapi malah
mencengkeram buah dadanya
semakin kencang. Kulihat
wajahnya memerah. Aku
melepaskan tanganku dari
tubuh Ling Ling dan mencoba
mengajaknya mencoba
berjalan lagi. Aku mundur
sedikit kira-kira satu meter.
Ling Ling pun kembali
tertatih-tatih berusaha
berjalan menghampiriku. Lagi-
lagi setelah ia sudah cukup
dekat, tubuhnya
sempoyongan, dan lagi-lagi
aku berhasil menangkapnya.
Tubuhnya langsung ambruk
ke pelukanku. Dan wajahnya
tepat berada di depan
wajahku, cuma berjarak lebih
kurang satu senti saja.
Sejenak aku dan Ling Ling
saling memandang lama satu
sama lain. Seperti ada yang
menggerakkanku, terjadi
suatu aliran yang aneh di
dadaku. Tanpa sempat
kucegah sendiri, bibirku
sekonyong-konyong sudah
menempel pada bibir Ling Ling
yang masih pucat. Ling Ling
mencoba melepaskan diri.
Namun mengapa, semakin ia
mencoba menghindar, semakin
erat saja bibir kami menyatu.
Akhirnya, ia tidak menghindar
lagi, malah kelihatannya ia kini
menerima bibirku dengan
ikhlas.
Mengetahui penerimaan Ling
Ling ini, gairahku pun timbul.
Dengan berani aku mulai
mengulum bibirnya yang
setengah membuka. Sensual
sekali disinari cahaya lilin yang
remang-remang. Kulihat, Ling
Ling pun tampaknya membalas
kulumanku. Bahkan ia
mengeluarkan lidahnya dan
menjilati lidahku. Akhirnya
bibir kami berdua saling
memagut dan lidah kami saling
menjilat. Kami melakukan
'french kissing' ini hampir
selama 5 menit. Kami sudah
tidak mempedulikan lagi
temaramnya cahaya lilin,
gelapnya malam, dinginnya
udara, dan turunnya air
hujan di luar goa yang
semakin bertambah deras.
Kami sedang terhanyut dalam
nafsu birahi yang muncul
secara mendadak. Terutama
setelah pakaianku juga
terlucuti semua.
Tanganku turun ke arah
dada Ling Ling. Kutelusuri
lengkungan kecil di dadanya
melalui balik jaket. Ling Ling
tampak menggelinjang kecil
ketika jamahan tanganku
mengenai suatu titik kecil di
tengah-tengah lengkungan
itu yang menonjol seukuran
penghapus di ujung pensil.
Kujilat benda mungil yang
berbentuk pentil itu melalui
kain jaket yang menutupinya.
Tidak sabaran, aku membuka
zipper jaket yang dipakai Ling
Ling. Setelah zipper itu
terbuka setengahnya, aku
merogohkan tangan ke dalam
zipper itu, ke balik jaket. Ling
Ling menggeliat dan mendesis
sewaktu tanganku mendarat
di dadanya. Dan ia
mengulanginya lagi ketika
buah dadanya kuremas. Buah
dada yang kecil ukurannya
tapi kenyal amat
mengasyikkan bagi tanganku.
Baru kali ini aku mendapat
kesempatan memegang buah
dada seorang wanita. Dan
kebetulan wanita itu adalah
Ling Ling, teman sekelasku.
"Aaahh.." desah Ling Ling lagi
waktu aku mulai
menggerayangi puting
susunya yang langsung saja
mengeras begitu terkena
jamahanku. Seperti anak kecil
menemukan mainan baru,
kupermainkan puting susu
Ling Ling yang kian
bertambah keras. Semakin
keras lagi, sejalan dengan
semakin lincahnya tanganku
memuntir-muntirnya. Dan
semakin banyak pula, desahan
yang keluar dari mulutnya.
Gerinjal tubuhnya juga
semakin menggila.
Selanjutnya, aku meneruskan
membuka zipper jaket Ling
Ling sampai terbuka
seluruhnya. Lalu kutanggalkan
jaket itu, hingga
terpampanglah tubuh Ling
Ling telanjang bulat tanpa
penutup apapun. Memang
benar taksiranku selama ini.
Buah dadanya memang
berukuran kecil, hanya
berbentuk lengkungan kecil.
Tetapi lengkungan itu
bentuknya membulat dan
indah, serasi dengan
pinggangnya yang ramping
dan pantatnya yang tipis.
Baru kusadari sekarang,
tubuh Ling Ling begitu mulus
dan putih kulitnya, hampir
tanpa noda. Berbeda dengan
tingkah lakunya selama ini
yang begitu kelaki-lakian,
sehingga berkesan tidak ada
waktu untuk merawat
tubuhnya, tidak seperti
cewek-cewek lain lazimnya.
Ling Ling hanya memandangku
dengan diam ketika
kudekatkan bibirku pada
buah dada mungilnya. Dengan
nafsunya kusedot buah dada
yang rasanya kenyal itu.
Mulutku berdecap-decap
seolah-olah tengah menyedot
sesuatu. Sementara itu,
lidahku menjilati dan
menggelitik puting susunya
yang makin mengeras.
Sebentar-sebentar,
kuseruput puting susu yang
menggiurkan tersebut.
Rasanya macam-macam
antara sedikit asam dan
sedikit asin. Barangkali karena
habis basah karena air hujan
dan keringat. Tetapi yang
penting, puting susu Ling Ling
menjadi santapan yang lezat
buat mulutku.
Mulutku berpindah lebih ke
bawah. Mula-mula kujilati
sekujur tubuh bugil Ling Ling,
mulai dari belahan di antara
buah dadaya, kemudian turun
ke bawah sampai perutnya
yang ramping. Di sini aku
berhenti sebentar.
Kucucupkan lidahku memasuki
lubang pusarnya. Ling Ling
menggelinjang kegelian. Lalu
kujilat-jilat lubang pusarnya
dengan gemas. Lubang pusar
Ling Ling bentuknya begitu
indah, begitu bulat seperti
lingkaran.
"Ooohh.. uuhh.." Ling Ling
melenguh panjang. Mulutku
tiba pada selangkangannya. Di
tengah-tengah selangkangan
itu terdapat sebuah lubang
yang kecil lagi sempit dengan
semacam bibir berwarna
kemerahan. Di sekitar lubang
tersebut dihiasi oleh rambut-
rambut kehitaman. Masih
jarang-jarang memang, tapi
cukup membangkitkan selera
siapa yang melihatnya. Nah
wilayah inilah sekarang yang
menjadi wilayah kekuasaan
mulutku. Kujilati wilayah
kekuasaanku itu dengan
penuh birahi tapi lembut. Itu
pun sudah membuat pemilik
asli wilayah tersebut
menggelinjang tubuhnya yang
mulus. Kuusap-usap dengan
lidahku lingkaran seputar bibir
kemerahan sedikit berlipat
yang berada di mulut lubang
sempit di selangkangan itu.
Ketika menemukan daging
kecil yang dikenal orang
dengan nama klitoris di
pangkal bibir kemerahan itu,
lidahku berhenti bergerak.
Sebagai gantinya, ia
membelai-belai daging kecil
yang semakin lama semakin
merah tersebut. Ling Ling,
sebagai pemilik daging kecil
itu, tubuhnya menggeliat-
geliat kencang. Dari mulutnya
pun keluar desahan-desahan
yang binal.
Usai berpetualang di klitoris
Ling Ling, lidahku mulai masuk
merambah lubang kecil dan
sempit yang mulai dilumasi
cairan bening yang mengalir
dari dalamnya. Cairan
'pelumas' itu membuat dinding
lubang itu menjadi licin dan
basah, sehingga memudahkan
lidahku menjelajahi seluruh
permukaannya dengan bebas.
Sungguh suatu sensasi yang
luar biasa bagiku dan Ling
Ling. Terutama bagi Ling Ling,
apalagi setelah ditambah oleh
rangsangan yang ditimbulkan
oleh salah satu jariku yang
kini menggantikan 'pekerjaan'
lidahku di lubang kewanitaan
Ling Ling. Sama seperti
lidahku, semua 'tugas' jariku
ini juga dipermudah berkat
lumasan cairan 'pelumas alami'
yang makin lama kian
membanjir.
Perlahan tapi pasti, jariku
bergerak semakin maju di
dalam lubang kenikmatan Ling
Ling. Sejenak seperti ada
sesuatu yang menghalangi
perjalanan jariku sampai
tujuannya. Namun dengan
sekali gerakan, halangan itu
berhasil diterobos, dengan
sepertinya ada sesuatu yang
sobek.
Ketika kutarik jariku dari
dalam kewanitaan Ling Ling
kulihat ada cairan merah
yang membasahi jariku itu.
Aku tahu apa artinya ini, dan
Ling Ling pun juga tahu. Ini
dibuktikan oleh air mata yang
membasahi pelupuk matanya
saat melihat jariku ini. Ling
Ling tahu, kini pertahanannya
telah berhasil dijebol.
'Benteng' yang selama ini
begitu kukuh
dipertahankannya, malam ini
diruntuhkan begitu saja oleh
teman sekelasnya, yang tak
lain dan tak bukan adalah
aku. Ling Ling belum
memikirkan bagaimana masa
depannya nanti sebagai
seorang gadis yang telah
kehilangan miliknya yang
paling berharga seperti yang
baru saja dialaminya kini.
Akan tetapi, apa boleh buat,
nasi sudah menjadi bubur. Apa
yang sudah terjadi, tidak
boleh ditangisi. Iya kan, Ling.
Air mata kesedihan pun sudah
berhenti mengalir, berganti
dengan air mata tanda rasa
nikmat yang tiada taranya
akibat ada sebuah benda
padat tapi lentur yang
bergerak maju mundur dalam
liang kewanitaannya. Rasa
nikmat tersebut semakin
dirasakannya lagi saat
gerakan maju mundur itu kian
tinggi akselerasinya. Apalagi
ditambah dengan rasa geli
akibat gelitikan-gelitikan lidah
yang diterima oleh puting
susunya.
Ya, kemaluanku semakin
garang menerjang siapa saja
yang mungkin menghadang
dalam perjalanannya di dalam
kewanitaan Ling Ling. Suatu
tugas yang gampang-
gampang susah. Gampang
sebab 'jalur perjalanan' yang
dilewati begitu mulus dan licin
akibat terlampau banyaknya
'cairan pelumas' yang
digunakan. Susah sebab
'perjalanan' ini baru pertama
kali ini dialami oleh kedua
belah pihak. Baik olehku,
maupun oleh Ling Ling. Tetapi,
berkat kami berdua yang
telah menyatu padu dengan
bertumpu pada satu titik,
membuat segala halangan dan
hadangan dalam 'perjalanan'
itu menjadi sirna.
Hujan di luar goa sudah mulai
mereda pada saat kami
hampir tiba di akhir
'perjalanan' kami berdua.
Akhirnya kami sampai di
'tujuan' dengan bersamaan.
Dibarengi dengan lenguhan
dan jeritan panjang dari
kedua insan telanjang, tahap
yang amat diharap-harapkan
oleh pasangan yang sedang
bercinta pun tercapai.
Beberapa jam berselang,
suasana dalam goa pun
berubah menjadi sunyi. Tidak
ada suara apapun yang
terdengar, kecuali suara
jangkrik yang masih
bersahutan di luar. Hujan pun
telah lama reda. Matahari
sudah ingin menampakkan
sosoknya. Yang tertinggal
hanyalah dua makhluk hidup
berlainan jenis kelamin yang
tak berpenutup apapun.
Kedua tubuh bugil itu sama-
sama tertidur nyenyak
dengan tubuh bagian bawah
mereka masih tetap menyatu,
seakan-akan tiada sesuatu
pun yang dapat memisahkan
mereka.
Demikian terlelapnya kedua
insan telanjang tersebut,
sehingga mereka tidak
menyadari ada suara-suara
yang terdengar di mulut goa,
disusul dengan beberapa
langkah kaki yang memasuki
goa itu. Dan dilanjutkan
dengan seruan-seruan tak
percaya setelah melihat apa
yang mereka temukan di
dalam goa.
"Waduh! Gila juga ini anak dua!
Dicariin ke mana-mana, eh
tau-taunya malah main di
sini!"
"Bener-bener keterlaluan
mereka! Kita semua pada
capek nyariin mereka, mereka
malah enak-enakan berdua!"
"Sialan! Mendingan kita hukum
apa mereka?"
"Saya punya ide. Begini saja."
Terdengar beberapa suara
berbisik-bisik.
"Oke, saya setuju. Sekarang
kita bangunin mereka dulu
aja ya."
"Ronny! Ling Ling! Bangun!
Sudah pagi nih! Jangan molor
aja dong!"
Aku terjaga karena merasa
tubuhku digoyang-goyang
seseorang. Dan langsung
melompat kaget ketika
melihat siapa yang
melakukannya. Seketika itu
juga kontan kemaluanku
langsung tertarik keluar dari
dalam kewanitaan Ling Ling
dengan masih meneteskan
cairan kenikmatan yang masih
tersisa. Segera kubangunkan
pula Ling Ling yang juga
langsung melompat kaget dan
langsung meraih apa saja
yang bisa diraih untuk
menutupi tubuhnya yang
telanjang bulat.
"Ayo kita seret mereka dan
hukum mereka." Kemudian aku
dan Ling Ling diseret oleh
mereka yang ternyata para
peserta pendakian gunung
yang sejak malam mencari
kami berdua. Masih dalam
keadaan telanjang bulat
tanpa penutup sehelai benang
pun dan dengan ditonton oleh
seluruh peserta, kami berdua
diarak ke tempat
perkemahan di kaki gunung.
Setiba di tempat perkemahan
kami, aku dan Ling Ling
disuruh berbeda di suatu
areal terbuka di tengah-
tengah perkemahan yang
dimaksudkan sebagai tempat
api unggun pada malam hari.
Angin pagi di pegunungan
begitu dingin terasa di kulit
kami berdua yang tidak
memiliki penutup apapun.
Akhirnya dengan ditonton
oleh puluhan pasang mata
aku dan Ling Ling berdiri
dengan perasaan bercampur
antara malu, takut dan
gelisah. Ada beberapa di
antara penonton kami yang
terlihat malu-malu, terutama
cewek-cewek. Tetapi tak
sedikit pula, khususnya
cowok-cowok yang begitu
antusias menyaksikan kedua
tubuh kami yang bugil,
terutama tubuh ramping Ling
Ling yang putih dan mulus.
Setegar-tegarnya Ling Ling,
akhirnya ia tidak dapat
menahan tangisnya juga.
Dengan terisak-isak ia
mencoba berlindung di balik
badanku untuk melindungi
tubuhnya yang telanjang dari
tatapan mata binal para
penonton kami.
Ternyata penderitaan itu
belum berakhir sampai di sini.
Sebagian besar kerumunan di
sekelilingku dan Ling Ling
berteriak-teriak menyuruh
kami berdua berbuat lebih
jauh di depan mereka, walau
anda pula yang melarangnya.
Tetapi akhirnya pemimpin
rombongan mengambil
keputusan mengabulkan
keinginan mereka untuk
menonton aku menggauli Ling
Ling di hadapan mereka.
Keputusan ini bagaikan
halilintar yang menyambar
kami berdua. Tapi apa boleh
buat, kami terpaksa harus
mematuhinya juga, daripada
kami akan dibiarkan telanjang
bulat seterusnya di tengah-
tengah hawa pegunungan
yang dingin bila tidak mau
melakukannya. Isak tangis
Ling Ling pun kian menjadi-
jadi. Bahkan aku yang
mencoba membujuknya tidak
berhasil juga.
Akhirnya dengan berat hati,
kutempelkan tubuhku ke
tubuh Ling Ling. Begitu tubuh
kami menyatu dan dadaku
menempel dengan buah
dadanya yang hampir rata,
seketika itu ada semacam
aliran aneh yang menjalari
kami berdua. Tangis Ling Ling
pun berhenti. Dengan diiringi
tatapan-tatapan para
penonton yang melongo-longo
keheranan, kami tampaknya
melupakan apa yang baru
saja terjadi. Kami sudah
melupakan bahwa kami saat
ini tengah dihukum dan
dipermalukan di depan banyak
orang. Nafsu birahi yang
kembali timbul dan
intensitasnya mulai meninggi
sepertinya menghanyutkan
kami hingga kami lupa akan
segala-galanya.
Dengan gairah yang tinggi
kulumat bibir Ling Ling yang
mungil dan ia membalasnya
dengan gairah yang sama.
Lidah kami berdua saling
mempermainkan dalam rongga
mulut kami masing-masing.
Sementara kemaluanku mulai
merambah masuk ke dalam
lubang kewanitaan Ling Ling
yang menganga cukup lebar
di selangkangannya. Dengan
segera kugerak-gerakan
kemaluanku itu maju-mundur
di dalam liang kenikmatan
tersebut, dibarengi pula
dengan gerakan-gerakan
pantat Ling Ling yang ikut
maju-mundur berusaha
mengimbangi genjotanku. Para
penonton pun semakin
terpana melihat permainan
cinta yang baru pertama kali
disaksikan oleh sebagian
besar dari mereka. Begitu
panasnya persetubuhan yang
mereka saksikan, ada
beberapa orang yang
kelihatan bergetar hebat
tubuhnya. Sebagian lagi yang
tidak tahan menyaksikan
permainan cinta kami
langsung ambil langkah
mundur dan masuk ke tenda
mereka masing-masing.
Sementara di atas mulutku
masih saling berpagutan
dengan mulut Ling Ling, di
bawah permainan kemaluanku
di dalam kewanitaan Ling Ling
juga masih terjadi, malah
semakin cepat. Tak ayal lagi,
lenguhan-lenguhan keras
bersahutan keluar dari mulut
kami berdua. Diimbangi dengan
kedua tubuh kami yang
melonjak-lonjak keras.
Semakin lama semakin
bertambah panas. Tetapi
nafsu birahi yang membulak-
bulak seolah-olah telah
menenggelamkan kami berdua.
Tiada lagi rasa malu, rasa
takut, rasa canggung, dan
sebagainya. Yang tersisa
hanya rasa nikmat yang luar
biasa dan tak terlukiskan
oleh apapun. Sampai di suatu
titik puncak di mana kami
bersama-sama meregang,
meluapkan segala macam rasa
yang begitu hebatnya hingga
meresap sampai ke ujung
tulang kami.
Hari itu pula, Ling Ling
langsung pulang ke rumah
dengan diantar salah seorang
peserta yang sejak tadi
termasuk salah seorang yang
menentang hukuman yang
kami terima. Dan sejak saat
itu pula, aku tidak pernah
mendengar kabarnya lagi.
Baik di sekolah maupun di
tempat lain. Dari berita
terakhir yang kuterima,
kudengar ia bersama
keluarganya telah pindah
tempat meninggalkan kota
Jakarta ini.
Dalam hatiku timbul
penyesalan yang paling dalam,
mengapa aku berbuat khilaf
dan tega-teganya berbuat
yang tidak-tidak pada diri
Ling Ling, sehingga dirinya
menjadi korban seperti ini.
Segala macam rasa
bercampur baur dalam
benakku, rasa iba, rasa
menyesal, rasa ingin
melindungi, rasa kasihan dan..
rasa cinta.. Ling, di manakah
sekarang kamu berada di
saat-saat aku merasakan
sesuatu yang lain
terhadapmu? Ya, di saat aku
mulai merasakan ada rasa
cinta di hatiku padamu!
TAMAT

Sabtu, 19 September 2015

Cerita Ngentot di Toilet Kampus

poker uang asli

Inilah sebuah kisah seru, cerita ngentot di Toilet Kampus yang dilakukan sepasang mahasiswi yang terbawa nafsu sehingga menjadikan toilet sebagai tempat untuk bersenggama dengan liarnya. Simak kisah lengkapnya berikut ini!

Aku mahasiswa semester 7 di sebuah universitas di Jakarta Barat. Umurku 21 tahun. Aku tergolong anak yang biasa-biasa saja di lingkungan pergaulan kampus. Dibilang kuper tidak, tapi dibilang anak gaul pun tidak. Aku anak bungsu dari dua bersaudara, berasal dari keluarga kelas menengah atas. Di kampus aku dianggap oleh teman-temanku sebagai anak yang pendiam. Aku agak kesulitan bergaul dengan perempuan, sehingga aku sama sekali tidak memiliki teman perempuan. Entahlah, sepertinya aku mempunyai masalah dalam soal mendekati cewek. Namun ironisnya, aku mempunyai hasrat seks yang tinggi, aku mudah terangsang bila melihat cewek yang bagiku menarik, apalagi memakai pakaian ketat. Jujur saja, bila sudah begitu pikiranku sering mengkhayal ke arah persetubuhan. Bila hasratku sudah tak lagi dapat kutahan, terpaksa aku melakukan onani. Aku memilih itu sebab aku tak tahu lagi harus menyalurkan kemana.

Sifat pendiamku ternyata membuat cewek-cewek di kampusku penasaran, sepertinya mereka ingin tahu lebih banyak tentangku. Cuma mereka harus kecewa sebab aku kesulitan untuk bergaul dengan mereka. Di samping itu teman-temanku bilang aku mempunyai face yang lumayan ganteng (nggak nyombong lo..), kulitku putih, rambuntuku gondrong, dan tinggiku sekitar 170 cm. Bila aku melintas di koridor kampus, aku merasa ada beberapa cewek yang melirikku, tetapi aku berusaha cuek saja, toh aku tak bisa mendekatinya. Namun ada seorang cewek yang diam-diam menyukaiku, hal itu aku ketahui dari sahabatku. Ketika aku minta untuk menunjukkan anaknya, kebetulan penampilannya sesuai degan seleraku. Tinggi tubuhnya sama denganku, rambut panjang, kulit putih bersih, wajah menarik, ukuran juga pas dengan seleraku, dan badannya padat berisi. Sebut saja namanya Ella (samaran). Sejak itu setiap kali aku melihatnya, aku sering berpikiran edan, yaitu membayangkan bisa bersetubuh dengannya. Sebaliknya bila ia melihatku, sikapnya biasa-biasa saja, walaupun aku tahu sebenarnya dia menyukaiku.

Pada suatu hari yang tak terduga olehku, seolah-olah keinginanku dikabulkan (masa?). Saat kuliah usai pada jam 19.00 sore, selepas keluar ruangan aku hendak untuk mencuci muka, sekedar menyegarkan diri. Aku menuju WC kampus yang kebetulan letaknya agak menyendiri dari “peradaban” kampus. Sampai disana aku mendapati beberapa orang yang juga akan mempergunakan kamar mandi. Selagi menunggu giliran, aku ingin buang air kecil dulu, tapi kamar mandi sedang dipakai.

Praktis aku urungkan saja. Begitu tiba giliranku, aku hendak menuju ke arah kran, tiba-tiba dari arah pintu kamar mandi yang tertutup tadi keluarlah seorang cewek yang selama ini kusukai dan dia juga mengincarku. Aku sangat tekejut melihatnya, sikapku hampir salah tingkah, begitu pun dengan dia. Kami saling bertatapan mata dan terdiam beberapa saat. Kemudian dia sedikit tersenyum malu-malu. Kok dia ada disini sih?, Pikirku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“La, ngapain elo masuk ke WC cowok?” tanyaku penuh rasa heran.
“Ehh.. itu.. ehmm.. tempat cewek penuh semua, makanya gue ke sini..”
“Emang yang di lantai bawah juga penuh?”, tanyaku.
Padahal dalam hati aku merasa mendapat kesempatan emas.
“Iya. Emang kenapa? Boleh dong sebentar doang.. lagi pula ‘kan sekarang udah nggak ada siapa-siapa, ya kan..?”, jawab Ella rada genit.
Aku pun tidak mau kalah.”Tapi kan gue cowok, elo nggak malu?”, gantian aku membalasnya.
“Kalo elo, gue emang nggak keberatan kok.., untungnya cuman tinggal elo dong yang ada di sini, daripada yang laen..”, jawab Ella.
Denger jawaban kayak gitu, aku malah jadi tambah bengong. Gila.. kayaknya dia emang ngasih kesempatan nih! Pikirku. Tiba-tiba dia menyerobot posisi gue yang dari tadi udah berdiri di samping kran.
“Sorry yah, gue duluan, habis elo bengong aja sih..”, katanya.

Rupanya dia juga mau mencuci muka. Selama dia mencuci muka, aku seperti orang bingung. Kadang-kadang aku mencuri pandang ke arah bagian yang terlarang. Posisinya yang sedang membungkuk membuat pantatnya yang berisi menungging ke arah selangkanganku. Ditambah lagi CD-nya yang berwarna krem terlihat olehku. Lama kelamaan aku menjadi terangsang, mulai tegang tak keruan. Langsung saja di pikiranku membayangkan kumasukkan ke dalam dari belakang pada posisi seperti itu. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku berniat untuk menyetubuhinya di WC ini, sebab hasratku sudah tak tertahankan. Aku tak peduli dia keberatan atau tidak. Pokoknya aku harus dengan dia, apapun caranya.

Diam-diam aku berdiri di pintu keluar, mengamati keadaan. Aman pikirku, tak ada seorang pun. Jadi aku bisa leluasa melaksanakan niat bejatku. Saat dia menuju pintu keluar, dari jauh aku sudah melihat senyumannya yang merangsang birahiku. Sepertinya dia memang sengaja menarik perhatianku. Tiba-tiba dengan cepat kupalangkan tanganku di depannya, sehingga ia menghentikan langkahnya. Dia melihatku seakan- akan mengerti maksudku.
“Buru-buru amat La, emang elo udah ada kuliah lagi?”, tanyaku.
“Enggak kok, gue cuman pengen istirahat di sini aja”, jawabnya.

Aku tak menanggapinya, dengan cepat aku segera menutup dan mengunci pintu dari dalam. Melihat sikapku, Ella mulai menatapku dalam-dalam. Dengan perlahan kudekati dia. Kutatap kedua matanya yang indah. Dia mulai bereaksi, perlahan dia juga mulai mendekatiku, sehingga wajah kami berdekatan. Aku mulai merasa bahwa dia juga merasakan hal yang sama denganku. Nafasnya juga semakin memburu, seolah-olah dia mengerti permainan yang akan kulakukan. Mulutnya mulai terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, namun dia keburu mengecupku dengan lembut. Perasaanku saat itu tak menentu, sebab baru kali inilah aku dicium oleh seorang cewek. Dengan spontan aku pun membalasnya dengan mesra. Aneh, walaupun aku belum pernah melakukannya, otomatis aku tahu apa yang harus mesti kulakukan. Apalagi aku juga sering melihat di film BF.

Kami saling bermain lidah cukup lama, sampai kami kesulitan bernafas. Kedua bibir kami berpagut sangat erat. Desahan Ella membuatku semakin hot menciumnya. Aku mulai menggerakkan tanganku menuju ke pantatnya, kuraba dengan lembut, dan dengan gemas kuremas pantatnya. Kemudian aku mencoba untuk mengusap bagian . Kugosok-gosok sampai dia mengerang kenikmatan. Aku panik kalau erangannya terdengar ke luar. Setelah kuberi tahu dia mengerti dan mengecup bibirku sekali lagi. Usapanku membuat cairan membasahi celananya. Karena dia memakai celana bahan, maka cairannya juga membasahi tanganku.
“Ssshhtt.. gilaa.. enak banget.. ehmm..”, desah Ella.

Aku melepaskan ciumanku dan berpindah menciumi lehernya yang putih mulus. Lehernya yang harum membuatku makin gencar menciumi lehernya. Mata Ella terlihat mendelik dan menengadahkan mukanya ke atas merasakan kenikmatan. Tangannya mulai berani untuk meremas yang keras. Enak sekali pijitannya, membuat semakin berdenyut- denyut.

Aku berhenti menciumi lehernya, aku mulai meraba-raba yang sudah mengeras. Ella mulai membuka kaosnya, dan memintaku untuk memainkan kedua . Kuraba-raba dengan lembut, dan sesekali kuremas sedikit. Merasa masih ada penghalang, kubuka BH-nya yang berwarna putih. Benar-benar pemandangan yang sangat indah, yang berukuran sedang, putih mulus, dan putingnya merah kecoklatan terlihat menantang seperti siap untuk dikemot. Langsung saja aku sedot susunya yang kenyal itu. Ella menggelinjang kenikmatan dan memekik. Aku tak peduli ada orang yang mendengar. Rupanya dia senang menyemprotkan parfum ke dadanya, sehingga terasa lebih nikmat mengulum toket harum. Aku benar-benar menikmati toket Ella dan aku ingin mengemoti toket Ella sampai dia menyerah. Kujilat puting susunya sampai putingnya berdiri tegak. Kulihat Ella seperti sudah di awang-awang, tak sadarkan diri.

Tangan Ella mulai membuka ritsleting celana gue dan berusaha mengeluarkan gue yang sudah keras sekali. Begitu semua terlepas bebaslah gue menggantung di depan mukanya yang sebelumnya dia telah mengambil posisi jongkok. Dia kocok-kocok gue, sepertinya dia sedang mengamati dahulu. Lalu dia mulai mencium sedikit-sedikit. Kemudian dia mencoba membuka mulutnya untuk memasukkan . Pertama hanya 1/4 nya yang masuk, lama-lama hampir seluruh masuk ke mulutnya yang seksi, sama sekali sudah tak terlihat lagi. Lalu dia mulai memaju mundurkan dalam mulutnya. Sedotan dan hisapannya sungguh luar biasa, seperti di film BF. Aku menahan rasa geli yang amat sangat, sehingga hampir saja aku mengeluarkan maniku di dalam mulutnya. Belum saatnya, pikirku. Aku ingin mengeluarkan maniku di dalam . Maka aku memberi tanda agar Ella berhenti sebentar. Aku berusaha menenangkan diri sambil mengusap-ngusap . Setelah rileks sedikit, Ella mulai melanjuntukan permainannya selama kurang lebih 10 menit. Ella sempat menjilat cairan bening yang mulai keluar dari ujung dan menelannya.

Ella kemudian bangkit untuk melepaskan celana panjangnya, ia juga melepaskan CD-nya yang berwarna krem. Aku mengambil posisi jongkok untuk menjilati dahulu, agar licin. Kubuka pahanya lebar-lebar. Terlihatlah Ella yang sangat bersih, berwarna merah, lipatannya masih kencang, tak tampak sehelai bulu satu pun. Sepertinya Ella memang pandai merawat kewanitaannya. Aku mulai menjulurkan lidahku ke . Aku sempat berpikir bagaimana kalau di tercium bau yang tidak sedap. Ah, bodo amat aku sudah bernafsu, aku tahan nafas saja.

Kubuka belahan . Lalu kujilat bagian dalamnya. Tapi ternyata koq baunya tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Ella tidak berbau kecut, tapi juga tidak berbau harum, bau alami. Justru bau yang alami seperti itulah yang membuatku makin bernafsu serasa ingin melumatnya semua ke dalam muluntuku. Aaahh..Ella benar-benar pandai merawat . Sungguh beruntung aku.

Aku terus menjilat-jilat yang mulai basah dengan cairannya. Ella terlihat sangat menikmati permainan ini. Matanya sayu, desahannya makin keras seraya menggigit bibir bawahnya.
“Akkhh.. sstt.. uugh.. gilaa.. enak banget..”, desah Ella.
terasa hangat dan lembut. Betul-betuk ternikmat yang kurasakan.

Kumasukkan jari telunjukku ke dalam sambil mengait-ngaitkan ke dinding . Tentu saja Ella makin edan reaksinya, membuat semakin kelojotan nggak keruan. Sampai ia menjepitkan kedua belah pahanya hingga kepalaku terjepit di antara sepasang paha yang putih mulus, dan tangannya menjambak rambuntuku sampai aku sendiri merasa kesakitan. Cairan yang keluar dari sampai meleleh ke pipiku dan kepahanya. Sebagian sempat mengalir ke bibirku. Karena penasaran dengan selama ini yang kutahu, kucicipi cairan itu. Gila! Rasanya enak koq, agak asin. Langsung aja aku hisap sebanyak-banyaknya dari . Ella sempat risih melihat perbuatanku. Namun aku cuek saja, sebab dia tadi juga melakukan hal yang sama pada .

Tiba-tiba Ella mendorong kepalaku dari . Kayaknya dia sudah nggak kuat lagi.
“Masukin dong punya elo, gue udah nggak tahan nich.. ayo dong sayy..”, pinta Ella dengan suara mendesah.
Aku sempat tertegun sejenak, sebab sama sekali aku belum pernah melakukannya.
“Ayo cepat dikit dong..”, katanya sambil memandangku yang tertegun sejenak.
Dengan bermodal nekat dan pengetahuan dari film BF, gue turutin saja permintaan Ella.

Kuangkat satu kakinya ke atas bak mandi, sehingga posisi lebih terbuka. sudah basah sekali oleh cairan sehingga terlihat mengkilat. Hal itu makin membuatku bernafsu untuk memasukkan ke . Kuelus-elus dahulu kepala ke bibir . Kudorong perlahan.. masuk sedikit demi sedkit..

Pantatku terus kudorong, terasa sebagian kepala sudah masuk ke lobang Ella yang sudah basah dan licin tapi terasa sempit banget. Dalam hati aku beruntung juga bisa ngerasain sempitnya perawan. Kucoba kugesek dan menekan perlahan sekali lagi. sudah masuk setengahnya, namun masih terasa sempit sekali. Tubuh Ella sempat tersentak ketika sudah masuk seluruhnya.
“Auuwww.. sakitt.. pelann.. sstt..”, Ella sedikit menjerit.

Kutarik keluar, lalu kudorong lagi sekuat tenaga. Aku sengaja membiarkan menancap di dalamnya beberapa saat agar Ella terbiasa menerima . Kemudian barulah aku memulai gerakan maju mundur. Terasa bergesekan dengan dinding yang bergerinjal-gerinjal. Jadi ini toh yang dinamakan bersetubuh, pikirku dalam hati. terasa agak perih dijepit oleh , tapi tetap kuteruskan, aku tak mau kehilangan kesempatan berharga ini.

Tampaklah pemandangan indah ketika keluar masuk Ella. sudah tidak terasa perih lagi, malah sebaliknya, terasa geli ngilu enak. Ella semakin tidak jelas rintihannya, seperti orang menangis, air matanya meleleh keluar. Mulutnya menggigit bibirnya sendiri menahan sakit. Aku sempat kasihan melihatnya. Mungkin aku sudah keterlaluan. Kucoba berbicara padanya sambil kedua pinggul kami menghentak-hentak.

“Ke.. napa.. La.. ehhgg.., elo.. pe.. ngen udahann..?”, tanyaku.
“Ja.. ngan dilepas.. terussinn.. aja.. gue.. nggak.. apa.. apa.. kok.. sstt..”, kata Ella.

Goyangan pinggul Ella sangat luar biasa, hampir aku dibuat ngecret sekali lagi. Kutarik keluar dan kudiamkan beberapa saat. Setelah itu aku minta ganti posisi, aku ingin ngentotin dia dari belakang. Ella berpegangan pada pintu kamar mandi, sedangkan pantatnya sudah menungging ke arahku. Dalam posisi itu lipatan terlihat lebih jelas. Tanpa basa-basi lagi kumasukkan saja dengan hentakan yang kuat. Kali ini lebih lancar, sebab sudah terbiasa menerima .

Kali ini gerakan Ella lebih hot dari sebelumnya, ia mulai memutar- mutar pantatnya. Setiap gerakan pantatnya membuat sangat geli luar biasa.. berdenyut-denyut seperti ingin memuntahkan lahar yang panas..aku merasa tak tahan lebih lama lagi. Tapi aku tak ingin mengecewakan Ella, aku pun berusaha mengimbangi permainannya.

Aduhh srr.., ada cairan licin kembali keluar dari . Cairan itu makin menambah licin dinding Ella. Aku benar-benar merasakan kenikmatan persetubuhan ini. Aku makin tenggelam dalam kenikmatan bersetubuh dengan Ella, sungguh aku tak akan melupakannya. Tubuh kami terlihat mengkilat oleh keringat kami berdua. Toket Ella bergoyang-goyang mengikuti irama gerakan kami, membuatku makin gemas untuk meremasnya dan sesekali kukemot sampai ia memjerit kecil. Ella makin berbusa akibat kocokan .

Aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan lagi. Aku makin pasrah ketika kenikmatan ini menjalar dari buah zakar menuju dengan cepat ke arah ujung . Seluruh tubuhku bergetar hendak menerima pelepasan yang luar biasa.
“Laa.. gue udah mau keluar.. nihh.. Elo.. masih.. lama.. nggak..?”, rintihku.
“Sa.. bar.. se.. bentarr.. sayaangg.. sama.. samaa.. gue.. juga.. hampir.. keluarr.. oohh.. ahhgghh..”, pantatnya menekan dengan kuat.
Mukanya berusaha menengok ke arahku berusaha mengulum bibirku. Kudekatkan bibirku agar dia bisa mengulumnya.

Bersamaan dengan itu..
“Aaahh..”
menyemprotkan air mani ke dalam lobang berkali-kali. Sampai cairan putih itu meleleh ke pahanya dan sempat menetes ke lantai. Tak kusangka banyak sekali spermaku yang berlumuran di . Ella berjongkok memegang . Lalu ia menjilat dan mengulum yang masih berlumuran sperma. Dia menelan semua spermaku sampai kepala bersih mengkilat. Dia kelihatan tersenyum bangga.

Ella kembali berdiri memandangi penuh kepuasan. Tubuh Ella terjatuh lemas membebani tubuhku, badannya bergetar merasakan orgasme. Ella memandangku tersenyum, disertai dengan nafas yang masih terengah-engah. Kami pun berpelukan dalam tubuh penuh keringat dengan alat kelamin kami masih saling menyatu. Bibir kami saling mengecup dengan mesra, sambil memainkan bagian-bagian sensitif.

Kami membersihkan diri bersama sebelum beranjak keluar WC. Selama kami mandi kami saling mengutarakan sesuatu hal. Iseng-iseng aku bertanya mengapa dia mau menerima perlakuanku barusan.Ternyata Ella mengatakan bahwa selama ini dia sudah lama menyukaiku, namun ia tidak berani mengutarakannya, sebab malu sama teman-temannya. Aku sempat tertegun mendengarnya. Kemudian aku juga mengatakan bahwa aku juga suka padanya. Seakan dia tak percaya, tetapi setelah kejadian tadi kami menjadi saling menyayangi. Kami kembali berpelukan dengan mesra sambil saling mengecup bibir.

Aku sempat khawatir kalau Ella hamil, sebab aku mengeluarkan spermaku di dalam . Aku tidak mau menikah, aku belum siap jadi bapak. Biarlah, kalaupun Ella hamil, aku akan membuat suatu rencana. Lagipula kami melakukannya baru sekali, jadi kemungkinan dia hamil kecil peluangnya.

Selesai mandi aku menyuruh Ella keluar belakangan, aku keluar duluan agar bisa mengamati keadaan. Setelah tidak ada orang satupun, barulah Ella keluar, kemudian kami pergi berlawanan arah dan bertemu kembali di suatu tempat. Sampai saat ini hubunganku dengan Ella masih berjalan baik, cuma kami belum mengulang apa yang kami lakukan di WC dulu.

Beberapa minggu setelah kejadian itu aku mendengar fakta dari teman-temannya bahwa Ella itu sebenarnya cewek yang haus seks. Dia juga telah bersetubuh dengan banyak pria, baik dari kalangan mahasiswa atau om-om. Makanya aku sempat curiga waktu kami bersetubuh dulu, sebab walaupun masih rapat seperti perawan, namun aku tidak merasakan menyentuh selaput daranya, bahkan aku sama sekali juga tidak melihat darah yang keluar dari lubang .

Jumat, 18 September 2015

Pemerkosaan Yang Halus

poker uang asli

Kisahku mungkin biasa saja, yakni tentang prt
(pembantu rumah tangga) yang diperkosa
majikannya.
Memang tidak ada yang istimewa kalau cuma
kejadian semacam itu, namun yang membuat
kisahku unik adalah karena aku tidak hanya
diperkosa majikanku sekali.
Namun, setiap kali ganti majikan hingga tiga kali
aku selalu mengalami perkosaan.
Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aku
akan menceritakan kisahku itu setiap majikan
dalam satu cerita.
Begini kisahku dengan majikan pertama yang
kubaca lowongannya di koran. Dia mencari prt
untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia
sibuk bekerja. Aku wajib membersihkan rumah,
memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh
pekerjaan rumah tangga. Untungnya aku
menguasai semuanya sehingga tidak
menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus
aku bebas makan, minum serta berobat kalau
sakit.
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S,
asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku
membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2
tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia
mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian.
Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut
mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula
aku agak takut menghadapi kekasaran orang
etnis itu, namun setelah beberapa minggu
akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama
dulu memang kukira ia marah, namun sekarang
aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang
sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai
malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang
adalah menunggunya setelah menyiapkan makan
malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di
ruang tengah, sambil duduk di hamparan
permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya
terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar
dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia
masuk.
"Tolong siapkan air panas, Yem," suruhnya suatu
petang, "Aku kurang enak badan." Akupun
bergegas menjerang air dan menyiapkan bak
kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia
menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas
sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air
secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak
Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu,
akupun berinisiatif.
"Sepatunya dilepas ya, pak," kataku sambil
menjangkau sepatunya.
"Heeh," sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu
dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah
ranjang.
"Tubuh bapak panas sekali ya?" tanyaku karena
merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya.
"Bapak masuk angin, mau saya keroki?" tawarku
sebagaimana aku sering lakukan di dalam
keluargaku bila ada yang masuk angin.
"Keroki bagaimana, Yem?" Baru kuingat bahwa ia
bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu
kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.
"Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,"
katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu
menuangkan air panas ke bak mandi.
"Sekarang bapak cuci muka saja dengan air
hangat, tidak usah mandi," saranku. Dan ia
menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya.
Sementara ia di kamar mandi aku menata
kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar
kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan
handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah.
Sambil membaringkan diri di ranjang ia
menyuruhku, "Tolong kau ambil handuk kecil lalu
basahi dan seka badanku yang berkeringat ini."
Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke
sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti
memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat
kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya
sekalian.
"Bapak mau makan dulu?" tanyaku.
"Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu
makan?" jawabnya dengan logat daerah, "Cepat
kerokin aja, lalu aku mau tidur."
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi
punggungnya dengan minyak kelapa campur
minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok
dengan uang logam lima puluhan yang halus.
Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia
tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah
sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah
di tengah dan lainnya di sisi kanan.
"Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke
atas ranjang, Yem," katanya mengetahui posisiku
mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke
tengah ranjang.
"Maaf, pak," akupun memberanikan diri naik ke
ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu
berpindah ke kirinya setelah bagian kanan
selesai.
"Sekarang dadanya, pak," kataku. Lalu ia
berguling membalik, entah sengaja entah tidak
handuk yang membalut pahanya ternyata sudah
kendor dan ketika ia membalik handuk itu
terlepas, kontan nampaklah penisnya yang cukup
besar. Aku jadi tergagap malu.
"Ups, maaf Yem," katanya sambil membetulkan
handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar
ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang.
Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.
"Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki,
Yem?"
"Bbb..belum, pak," jawabku. Selama ini aku baru
melihat punya adikku yang masih SD.
"Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah
he he he.." guraunya. Aku tersipu malu sambil
melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu
dada yang tersentuh tanganku membuatku agak
kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah
menatap wajahku.
"Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah.
Kenapa kau belum?"
"Saya pingin kerja dulu, pak."
"Kau tak ingin kawin?"
"Ingin sih pak, tapi nanti saja."
"Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau
coba? Ha ha ha.." Wajahku pasti merah panas.
"Sudah selesai, pak," kataku menyelesaikan
kerokan terakhir di dadanya.
"Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru.
Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak
gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar
hangat," pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak
gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang
memborehi dadanya.
"Perutnya juga, Yem," pintanya lagi sambil sedikit
memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan
kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit
itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh
benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat
rambut-rambut hitam. Aku tak berani
membayangkan benda di bawah handuk itu.
Namun bayangan itu segera jadi kenyataan
ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil
berbisik, "Terus gosok sampai bawah, Yem," dan
menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai
handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah
rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku
dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang
menegang.
"Jangan, pak," tolakku halus.
"Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok
saja.." Ia menggenggamkan penisnya ke
tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun,
seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.
"Jangan, pak.. jangan.." protesku lemah. Tapi
aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti
perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok
sendiri.
"Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu
istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin..
Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku
sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang
mengonani aku.. Tolong Yem, ya?" pintanya
dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi
tanganku yang menggenggam terus kugerakkan
naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di
sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku
sambil merem melek.
"Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-
pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh..
ugh.." Tiba-tiba tangan kanannya sudah
menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku
kaget, "Jangan pak!" sambil berkelit dan
menghentikan kocokan.
"Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan.
Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya
Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal
lagi.." Sambil tangannya membimbing tanganku
kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut
mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi
ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya
tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.
Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok
namun ia tak mau berhenti juga.
"Sudah ya, pak," pintaku.
"Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar.."
"Keluar apanya, pak?" tanyaku polos.
"Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah..
Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku
cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari
dah.."
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku
mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin
tegang dan merah berurat di sekelilingnya.
Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit
kemudian.
"Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok,
teruuss.. Ugh.." Tiba-tiba tubuhnya bergetar-
getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih
susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas
sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus
karena zakar itu masih terus memuntahkan
spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena
sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat
bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah
spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku
segera ke kamar mandi mencuci tangan.
"Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake
washlap tadi.." katanya padaku. Lagi-lagi aku
menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang
sudah tak tegang lagi itu serta sekitar
selangkangannya yang basah kena sperma..
"Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar
sehat," kataku sambil menyelimuti tubuh
telanjangnya. Ia tak menjawab hanya
memejamkan matanya dan sebentar kemudian
dengkur halusnya terdengar. Perlahan
kutinggalkan kamarnya setelah mematikan
lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat
pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-
benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak
memperkosaku, pikirku.
Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi
semacam acara rutin kami. Paling tidak
seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh
mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa.
Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas
vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah
perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku
tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku
mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas
menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa
dengan menjambak rambutku dan mengarahkan
mulutku ke penisnya.
"Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu.
Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep.
Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di
mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku
bilang kalau mau keluar.." Awalnya memang ia
menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu
cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya
sehingga spermanya menyemprot di luar mulut.
Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu
saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan
kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-
banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah.
Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental
putih asin agak amis itu menyemprot
tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena
hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan
tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun
hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas
memintaku mengoralnya lagi karena sudah
beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk
istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar
sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan
zakarnya dari kulumanku dan menerima
semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak
menjijikkan lagi.
Demikianlah akhirnya aku semakin lihai
mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak
spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa
kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-
agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur
dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai
mengoralnya aku jadi enggan turun dari
ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku
pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan
memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai
kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai
daster, dan kami tidur dalam satu selimut.
Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula
aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti
melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika
memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai
meremasi tetek atau pantatku, sementara
bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak
menolak, malah agak menikmati ketika ia
menelentangkan tubuhku dan menindih dengan
tubuh bugilnya.
"Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka
dastermu ya?" pintanya suatu malam ketika
tubuhnya di atasku.
"Jangan pak," tolakku halus.
"Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal
hamil. Rasanya pasti lebih nikmat.." rayunya
sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke
atas.
"Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka.
Begini saja sudah cukup pak.." rengekku.
"Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak
nikmat besok tidak diulang lagi.." bujuknya
sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan
terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum
aku sempat menolak lagi.
"Woow, tubuhmu bagus, Yem," pujinya melihat
tubuh coklatku dengan beha nomor 36.
"Malu ah, Pak kalau diliatin terus," kataku manja
sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum
selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu
masuk ke dalam selimut itu lalu kembali
menunggangi tubuhku. Bibirku langsung
diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun
ikut membalasnya. Usai saling isep lidah.
Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku
menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya
menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-
sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia
mengulum ujung behaku dan mengenyut-
ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku
merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat.
Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara
di bagian bawah aku merasa pahanya
menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya
tepat di atas CD-ku.
"Ugh.. aduuh.. nikmat sekali," aku bergumam
sambil menggelinjang menikmati cumbuannya.
Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-
tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S
asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil
menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.
"Jangan buka CD saya, pak," tolakku ketika
merasakan tangannya sudah beraksi memasuki
CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia
urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah
tangannya parkir di pantatku dan meremas-
remasnya. Aku merinding dan meremang dalam
posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S
benar-benar mendesak-desak syahwatku.
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk
bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar
meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika
kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan
tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus
mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh
melakukan apa saja pada tubuhku kecuali
memerawaniku.
Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami
bersetubuh dengan cara itu, pada malam
keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih
hebat dengan menjilati seputar vaginaku
meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat
dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-
lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas
dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang
V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya
orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme
yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak
Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan
zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih
belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan
lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang
sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.
"Pak, jangan pak! Jangan!" Protesku sambil
memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat.
Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya.
Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku
merasa memekku dipompanya cepat sekali.
Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-
gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas
itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa
nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya
hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah.
Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata
selama ini aku telah diperkosa secara halus
karena kebodohanku yang tidak menyadari
muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring
ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral
lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi
kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan
ejakulasi, menebar air mani!
Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari
bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar
memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan
kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak
kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia
istirahat makan di rumah) sampai malam hari
sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan
pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak
beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan
mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga
hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa
perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak
hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk
menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya
habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota
asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu
jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap
mengirimi aku uang, namun janji itu hanya
ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti
sama sekali dan putuslah komunikasi kami.
Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun
kembali ke desa dengan hati masygul.
Itulah kisahku dengan majikan yang pertama

Selasa, 15 September 2015

Memek Firda Teman Kost

poker uang asli

Meskipun tinggal di Jakarta dan digaji besar, aku lebih suka tinggal di perkampungan. Kosku berada di wilayah Jakarta Selatan dekat perbatasan Tangerang. Lokasinya yang nyaman dan tenang, jau dari hiruk pikuk kota, membuatku betah tinggal lama disini sejak tahun 2002. Sudah 7 tahun lebih aku belum pernah pindah.

Tetangga-tetangga pun heran mengapa aku betah tinggal disitu padahal bu kostku terkenal orangnya kolot dan masih memegang tradisi lama. Orangnyapun alim dan tidak suka anak kostnya berbuat macam-macam dan kalau ketahuan sudah pasti diusir dari rumah kostnya. Rumah kostku 2 lantai yang disewakan hanya 5 kamar dengan ukuran sedang dan kostnya baik untuk putra maupun putri, yang masih single maupun yang sudah berkeluarga.

Kamar mandi untuk anak kost disedakan ada 2 didalam rumah satu dan yang diluar juga ada. Ibu koskupun tinggal disitu cuman tinggal di kamar sebelah dalam bersama anak semata wayangnya Mas Rano. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost hanya terisi dua satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno berasal dari Yogyakarta.

Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Firda seumuran denganku. Firda orangnya manis putih tinggi sekitar 165 cm ukuran payudara sekitar 34-an. Mereka sudah dikaruniai satu orang anak masih berumur 2 tahun bernama Rara. Mas Tarno orangnya penggangguran.

Jadi untuk keperluan, Firda-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket terkenal (supermarket ini sering dikenai sanksi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha lho!!!….hayo tebak siapa bisa..hahahaha….) sebagai SPG sebuah produk susu untuk balita. Karena keperluannya yang begitu banyak, Firda (menurut pengakuannya) sampai meminta pihak manajemen untuk bisa bekerja 2 shift.

Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Firda mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal jerih payah Firda seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya. Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Firda dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya.

Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Firda senangnya bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pada malam itu, aku ngobrol dengan Firda dikamarnya sambil nonton TV.

Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu-cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku “Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Firda kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku. “Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah. “Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya. “Udah…jangan berandai-andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya. “Mas, ….. Tiba-tiba Firda duduk disebelahku mengapit tangganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh terkejut.

Aku tahu Firda butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali WaFirda semanis Firda disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap waFirda. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Firda apalagi ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!

Kutoleh Firda yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Firda yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Firda memeluk tubuhku erat erat, Firda sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku.

Tanganku asyik meremas susu Firda yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Firda memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Firda, dan seperti biasanya Firda sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu ternyata Firda memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku.

Tubuh Firda benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah nonok yang tak berambut mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja.

Benar-benar persiapan yang sempurna. Ketika kubentangkan bibir nonoknya, itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Firda langsung menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas.

Ketika kudekatkan penisku ke wajah Firda, dengan sigap pula Firda menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Firda yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Firda sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali melirik kearahku.

Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Firda ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Firda yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Firda melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan agak tergesa gesa Firda merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, mulai dari pelirku, terus naik keatas sampai keliang kencingku semuanya dijilatinya, bahkan Firda dengan telaten menjilati liang duburku yang membuat aku benar benar blingsatan.

Aku hanya dapat meremas remas susu Firda serta merojok nonoknya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Firda ini, kusuruh dia berhenti tetapi Firda tak memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya yang hangat itu. Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar yang disambut Firda dengan pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas.

Ketika Firda merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Firda. Firda langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu.

Dengan tubuh telanjang bulat Firda mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Firda benar benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.

Aku juga makin bernafsu melihat susu Firda yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba nonoknya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Firda juga masih bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat penisku yang sudah tegak itu, Firda langsung mengangkangi aku dan menepatkan penisku diantara bibir nonoknya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku habis ditelan nonoknya itu.

Setelah penisku habis ditelan nonoknya, Firda bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Firda. Setiap kali Firda menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu.

Putaran pantat Firda membuktikan kalau Firda memang jago bersetubuh, penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap oleh dinding nonok Firda. Hebatnya nonok Firda sama sekali tidak becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Firda sama sekali tak terangsang oleh permainan ini.

Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Firda juga sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu itu. Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Firda itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan nonoknya.

Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki nonok Firda. Firda menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari nonok Firda.

Rojokanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Firda sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku. Mulutku menciumi susu Firda dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Firda memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Firda makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan nonok Firda mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku.

Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa nonoknya, Firda dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari nonoknya sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya, Firda menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Firda menyuruhku mencabut penisku.

Ketika penisku kucabut, Firda langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih. Penisku saat itu warnanya sudah merah padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya. Firda sesekali menjilati ujung penisku dan juga buah pelirku.

Ketika Firda melihat penisku sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan penisku, tetapi kali ini Firda yang menuntun penisku bukannya ke liang nonoknya melainkan ke liang duburnya yang sempit itu. Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya liang dubur Firda, ketika penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Firda menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali.

Kurasakan betapa ketatnya dinding dubur Firda menjepit batang penisku itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap.

Firda menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku. Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri dinding dubur Firda itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Firda juga mencengkeram pundakku. Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak.

Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Firda, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir yang membasahinya. Firda langsung bangun dari tempat tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku itu, aku tahu kali ini dia tak mau membersihkannya dengan lidah karena mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang melekat.

Setelah itu, disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping karena memang lelah, pijatan Firda benar benar enak, sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku. Aku benar benar puas menghadapi perempuan satu ini. Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Firda terus memijit tubuhku.

Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Firda masih saja telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Firda yang sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Firda pun mulai meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa takut…..” Aku menarik tangan Firda keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum.

Firda membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Firda mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya.

Tapi kali ini tidak ada waktu, karena sudah menjelang pagi. Firda mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Firda ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat.

Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumha tetangga.

Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati liangnya. ” Ahhh…ahhh….Mas…Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok liangnya. Semenit kemudian, Firda benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya.

Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Firda melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku.

Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.

Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Firda tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku.

Tapi tampaknya Firda makin terangsang.Penisku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit… Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Firda merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…” Firda orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.

Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Firda tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang.

Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan. Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya.

Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Firda naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang.

Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat. Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya. “Firda..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!! “Firda langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus.

Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Firda menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan.

Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Firda berlutut dan menjilati seluruh penisku dengan rakus. Setelah Firda menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama Firda semakin gila-gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari